Wednesday, 23 January 2013

PELUANG, TANTANGAN DAN PERAN PTPN X DALAM MEWUJUDKAN SWASEMBADA GULA 2014





Melihat foto-foto Pabrik Gula di jaman Belanda masih menguasai bumi pertiwi ini beserta cerita bahwa dulunya, Indonesia adalah negara penghasil gula terbesar no 2 di dunia setelah Kuba, cukup membuat saya terhenyak. Ya, betapa kaya negri ini, sebetulnya. Tapi, lihatlah kondisi saat ini, maksud saya, apa kabar industri gula di Indonesia belakangan ini? Mengapa di negara yang gemah ripah loh jinawi ini kita masih harus mengimpor gula? Mengapa banyak Pabrik Gula yg dulu sangat berjaya, bahkan mampu menjadi punggung ekonomi saat Belanda terkena krisis ekonomi, satu demi satu tutup, tak beroperasi lagi. Akhir tahun ini kita mendengar berita, bahwa Indonesia tidak saja mengimpor gula tetapi juga beras, garam, bawang merah, teh dan masih banyak lagi! Neraca perdagangan Indonesia bahkan sampai mengalami defisit setelah 50 tahun terakhir yaitu pada tahun 1961 silam. 

Gula merupakan salah satu kebutuhan pokok masyarakat. Dalam perekonomian Indonesia, gula merupakan salah satu komoditas strategis. Industri gula berbasis tebu merupakan salah satu sumber pendapatan bagi sekitar 900 ribu petani dan jumlah tenaga kerja yang terlibat mencapai sekitar 1,5 juta orang (data kementrian Pertanian, Dirjen Perkebunan, 2002).  Pasar gula merupakan captive market, di mana pasar sudah pasti dan konsumsi gula selalu mengalami kenaikan demand (permintaan). Data dari Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia produksi gula rata-rata 2,26 juta ton per tahun. Sementara konsumsi sekitar 5,10 juta ton per tahun.sehingga  ketergantungan terhadap gula impor masih cukup besar yakni lebih dari 2,5 juta ton per tahun.  Dan ini adalah salah satu indikator masalah industry gula di Indonesia dimana kecenderungan volume impor terus mengalami peningkatan. 

Sebetulnya pemerintah telah mencanangkan swasembada gula 2014, tapi nampaknya masih dibutuhkan kerja keras dan upaya serius dari pemerintah, salah satunya adalah kebijakan yang melindungi petani tebu di dalam negeri. Sangat dinantikan action nyata dari pemerintah, political will dengan membuat kebijakan yang melindungi petani tebu dan tidak cenderung mengambil jalan instan, yaitu: mengimpor gula. Harga gula impor yang murah menyebabkan petani kemudian malas untuk membudidaya tebu yang berimbas pada kurangnya pasokan tebu sehingga pabrik tidak mampu memproduksi gula. Ini menjadi semacam lingkaran setan. Masalah berputar di sini.  

Ada 2 poin penting perbaikan pengelolaan industri gula, yaitu factor on farm dan factor off farm. Berdasarkan data Asosiasi Gula Indonesia, jumlah pabrik gula berbasis tebu lokal di Indonesia saat ini mencapai 62 pabrik. Dengan komposisi pabrik gula milik badan usaha milik negara berjumlah 50 unit dan 12 pabrik milik swasta. Sebagian besar diantaranya merupakan warisan colonial yang telah berumur 67-176 tahun.  Ada 6 PTPN yang berperan dalam industri gula di Indonesia, PTPN II, PTPN VII, PTPN XIV, PTPN IX,  PTPN X, dan PTPN XI.  PTPN X sebagai BUMN gula yang semakin menunjukkan kinerja positif, tentu peran sertanya akan signifikan dalam upaya  memenuhi kebutuhan gula nasional. Pada tahun ini  PTPN X  mencatat keuntungan luar biasa  Rp 417,1 miliar pada 2012 (meningkat sekitar 200 persen dari Rp 210,8 miliar pada 2011), dari tiga bisnis utama   PTPN X yaitu: produk turunan tebu seperti gula dan tetes; bisnis tembakau; dan rumah sakit.  Produk turunan tebu seperti gula dan tetes mendominasi struktur pendapatan sekitar 90 persen. Kinerja positif dari   PTPN X, khusususnya dalam bisnis gula karena adanya strategi yang terintegrasi dari hulu ke hilir dan adanya upaya serta inovasi berkelanjutan dalam menciptkan pertumbuhan bisnis.
 
  PTPN X telah melakukan perbaikan off farm rehabilitasi dan revitalisasi yang bertujuan meningkatkan kapasitas giling dan mutu gula yang dihasilkan, saran dari kami, perbaikan off farm yang bisa dilakukan adalah melakukan merger, beberapa pabrik yang dinilai kurang optimal dalam berproduksi sebaiknya ditutup dan dialihkan ke salah satu pabrik dengan mesin-mesin yang digunakan adalah mesin-mesin baru dengan teknologi yang lebih maju sehingga diharapkan  kapasitas dan kualitas hasil produksi (off farm) meningkat. Pada saat sekarang, tantangan yang sangat mendesak dan butuh peran serta  PTPN X adalah dibidang on farm. Mengapa?  Kalau pendapatan petani tebu tidak prospektif memberikan keuntungan yang memadai, akibatnya petani akan mengalih fungsikan lahan/kebunnya dengan komoditas lain, bahkan menjualnya, dan berubah menjadi toko, warung, perumahan dst.  Akibatnya, areal tanaman tebu menyempit, bahan baku berkurang, dan semakin berkurang. Pabrik Gula tanpa bahan baku mau jadi apa?  Ada metoda terobosan dalam bidang on farm, yang telah dikembangkan sejak 1980, oleh Indian Institute of Sugarcane Research, Lucknow, yaitu penanaman tebu dengan metoda “ring pit planting”. Metoda ini selain meningkatkan produktivitas tebu, juga meningkatkan efektivitas pemakaian pupuk dan air, dan ramah lingkungan.

Upaya peningkatan budidaya tebu ini, perlu dicoba oleh  PTPN X, karena  bisa melipatgandakan hasil tebu yang dipanen. Untuk 1 ha bila dengan cara konvensional di  PTPN X diperoleh hasil sekitar 80 s/d 90 ton tebu, maka dengan luas yg sama, 1 ha, dengan ring pit planting  ini, seperti yang telah dilakukan di Distrik Dharmapuri, Tamil Nadu, India, akan dapat dihasilkan sekitar 300 ton tebu. Metode ini telah dilakukan di India. Memang belum seluruh India. Tetapi apa salahnya dicoba di Indonesia? Dipelopori  PTPN X diwilayah kerjanya. Apabila metode ini berhasil diterapkan di  PTPN X , apalagi di seluruh  Indonesia, maka tidak hanya swasembada gula 2014 dapat tercapai, tetapi juga dapat  mengekspor. Maka saat itu Indonesia menjadi Negara pengekspor gula, yang memberikan kontribusi dalam memenuhi konsumsi gula global yang meningkat sekitar 2% setiap tahunnya. Dengan luas area lahan tebu  PTPN X 72.000 hektar maka akan dapat dihasilkan 21,60 juta ton tebu. Jika randemen tebunya 8%, diperoleh gula 1,728 juta ton! Tentu, paling tidak 300% dari yang dicapai sebelumnya. Untuk tambahan perolehan lain: tetes, sisa ampas? Hmm, petani pasti sangat senang,  PTPN amat senang. Cerita konversi lahan tebu jadi ruko, jadi perumahan, yang menyebabkan lahan menyempit dan jumlah tebu makin berkurang, cukup sampai disini!.Ketersediaan bahan baku tebu untuk Pabrik Gula akan “Lestari berkesinambungan”. Luar biasa! Tidak hanya “fantastic” tetapi “fandamntastic”!  Apakah  PTPN X dapat mewujudkan terobosan “on farm” dengan “ring pit planting”? Kenapa tidak? Mulai dengan PTPN X mempelajari apa yang dilakukan di India. Kemudian mengajari para petani kita dengan bersungguh-sungguh, dengan kerjasama yang saling menguntungkan, maka tantangan-terjawab dan peran serta-bukan slogan kosong- untuk mewujudkan swasembada gula khususnya, dapat dipelopori oleh  PTPN X. Ayo PTPN X  jawab tantangan ini! Ayo Indonesia, kita wujudkan swasembada gula! 

Say what we do, do what we say, and…Prove it”!

No comments:

Post a Comment